PRODI BARU
Kebutuhan vs Kemampuan
Tidak terasa, setahun sudah PS Psikologi tumbuh di bawah nama FK Unud dan tidak lupa pula bergabungnya PSIKM sejak tahun lalu yang semakin menambah keberagaman prodi di FK. Tahun ini kita kedatangan saudara baru kita dari PS Fisioterapi, sehingga total ada 5 program studi yang berada di bawah bendera Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dan setidaknya baru ada lima prodi karena masih berkembang isu bahwa akan ada program studi ergonomi dan kedokteran gigi untuk S1.
Kami sangat bangga menyambut kehadiran anggota baru dari keluarga besar FK. Namun belajar dari pengalaman tahun lalu kami sangat tidak ingin masalah yang sama terjadi pada program studi yang baru muncul atau terlalu lama berlarut-larut di program studi yang sama. Intinya ada dua buah masalah yang sangat dirasakan oleh mahasiswa, yang pertama mengenai ruangan dan yang kedua adalah kejelasan kurikulum.
Dua hal ini menyebabkan banyak isu muncul bahwa mahasiswa menjadi tidak puas dan kurang bersemangat untuk belajar. Bahkan banyak mahasiswa yang tidak betah yang memutuskan pindah ke prodi lain bahkan universitas lain untuk prodi yang sama.
Ruangan Kegiatan Kuliah
Dalam coffee morning yang dilaksanakan oleh pihak dekanat beberapa bulan lalu ada pendapat bahwa mahasiswa di sini semakin banyak tetapi tidak diimbangi kapasitas luas bangunan. Ya, itulah yang terjadi saat ini, semakin tahun mahasiswa semakin banyak. Bahkan gedung barat yang merupakan gedung utama ini harus dirombak ulang agar kebutuhan akan ruangan tercukupi.
Tuntutan akan ruangan yang layak tidak hanya disebabkan oleh bertambahnya mahasiswa prodi baru tetapi juga bertambahnya kuota mahasiswa yang diterima dari prodi yang telah ada sebelumnya. Berbagai cara telah dilakukan oleh dekanat untuk memberikan ruangan belajar yang bagus dan memadai, seperti menggunakan ruangan kuliah yang ada di salah satu bagian. Masalah tidak selesai disana, karena seringkali mahasiswa prodi yang bersangkutan menuntut persamaan hak seperti prodi lain (contoh: PS. Pendidikan Dokter).
Bukan hanya mahasiswa yang sering mengeluh tetapi juga para dosen, mereka yang terbiasa memberi kuliah diruangan ber-AC dengan sound system yang mumpuni harus berada di ruangan yang fasilitasnya tidak sama. Alhasil proses pembelajaran terganggu bahkan proses itu sengaja dipercepat karena dosen tidak betah. Jadi kembali mahasiswa yang dirugikan. Walaupun pihak dekanat berkali-kali menekankan bahwa tidak ada ruangan khusus untuk sebuah prodi tetapi pada kenyataannya mereka merasa dinomorduakan.
Kurikulum
Kita tahu bahwa sebuah prodi yang baik harus memiliki kurikulum pendidikan yang jelas hingga mahasiswa yang bersangkutan tamat dan yang terpenting hal ini harus diketahui secara jelas oleh mahasiswa tersebut. Setidaknya mahasiswa tersebut harus tahu apa yang akan mereka dapatkan secara jelas selama mereka menuntut ilmu disebuah program studi. Jangan sampai mahasiswa merasa sebagai kelinci percobaan dimana mereka bahkan tidak bisa membayangkan masa depan mereka. Pihak prodi memang harus selalu memberi penjelasan mengenai rencana kurikulum ataupun perubahan-perubahan bila hal itu terjadi (walaupun wajarnya kurikulum tidak boleh diubah tiba-tiba).
Kurikulum ini perlu diketahui oleh semua aspek baik itu mahasiswa sendiri maupun lembaga dan organisasi yang ada di FK. Seringkali sebuah kegiatan di FK tidak mampu mencover seluruh mahasiswa prodi yang ada di FK akibat mahasiswa yang bersangkutan tidak tahu bagaimana kurikulumnya. Khususnya saat lembaga-lembaga diharuskan membuat sejenis perencanaan kegiatan mereka seringkali bingung harus menempatkan prodi ini dimana karena mahasiswanya sendiri kurang memahami kurikulumnya dengan jelas.
Bagaimana dengan PS.Fisioterapi? Tentu belum ada yang tahu. Kami sangat berharap masalah ini tidak terulang lagi. Kami sangat berharap mahasiswa fisioterapi mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh program studinya. Tetapi kalau masalah ini terjadi kita tidak perlu hanya berdiam diri menunggu ketidakpastian karena terkadang mahasiswa perlu memberi tahu apa yang mereka inginkan. (red:a.w.)
Beban Organisasi Kemahasiswaan
Pertambahan prodi tak hanya akan mempengaruhi pemegang kebijakan, namun juga mempengaruhi ranah kemahasiswaan. Lembaga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dulunya tidak mengenal kata “himpunan”, seiring dengan bertambahnya warga fakultas, mesti melakukan sebuah perombakan dalam susunan organisasi mahasiswa yaitu dengan membentuk sebuah himpunan bagi setiap prodi yang ada. Namun apa yang berjalan hingga saat ini nampaknya konsep BEM-HM yang ada masih belum menemukan identitasnya. Masih terdapat beberapa hal yang tumpang tindih baik dari segi kegiatan maupun segi lingkup keorganisasiaanya. Kemudian lembaga yang ada sekarang bersama seluruh mahasiswa harus melihat urgenitas dari dibentuknya sebuah HM, apakah sebuah HM memang perlu segera dibentuk atau tidak melihat dari kebutuhan, kesiapan, prospek pengembangan organisasi, dan jumlah mahasiswa prodi. (acl1)
Menilik hal-hal tersebut, maka selayaknyalah keberadaan prodi baru disikapi dengan arif dan bijak tanpa mengorbankan kepentingan pihak manapun. Sebuah kebutuhan tentunya harus diimbangi dengan kemampuan untuk memenuhinya, jangan sampai keinginan untuk memenuhi kebutuhan tidak sesuai dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (red:acl1)
“Sebelum menerima sesuatu, maka lihatlah kedalam dirimu, apakah kau sudah layak untuk mendapatkannya…….” BPM 2010